Translate
Selasa, 11 Februari 2014
Dia Bilang A Anda Dengar...B
Tentu jauh lebih mudah berbincang dengan kekasih dibanding dengan seseorang yang baru Anda kenal. Pasalnya, ia sudah ‘terlatih’ untuk mengetahui apa yang Anda suka, dan apa yang Anda benci. Bahkan kebiasaan-kebiasaan silly yang kerap muncul saat Anda tengah turned on pun, ia hafal. Oh well, ini normal dalam relationship, kan?
Tidak selalu, ladies. Ternyata mempunyai chemistry dan spark yang kuat belum menjadi jaminan untuk relationship yang long-lasting.s ebiah studi dari psikolog Ken Savitsky, PhD, profesor dari William College, menemukan bahwa semakin dekat hubungan Anda, justru akan semakin sulit untuk menyatukan mindset masing-masing. Berpikiran kalau hubungan sudah lama terjalin, Anda pun selama ini kerap berasumsi kalau ia sudah mengerti maksud dari ucapan Anda. Hmmm, kalau memang seperti itu, that’s totally wrong, dear!
Rule #1. Secret Code
Ladies, coba deh Anda pikir kembali seberapa sering Anda bertengkar akibat salah paham? Jarang, sering atau bahkan setiap hari. Kalau Anda kerap dibuat kesal hanya karena si dia seolah tak pernah mengerti apa yang Anda katakan, then you have to speak clearly. “Pasangan sering mengeluarkan pernyataan yang bias dan tidak jelas. Itulah yang menyebabkan pertengkaran terjadi di antara keduanya,” ujar James Cordova, PhD, pengarang buku The Marriage Checkup. Misalnya, ketika si dia ingin quality time bersama the boys, tentu Anda akan bertanya kapan ia akan pulang. Dan jawaban yang Anda dapat? “Tidak lama, kok”. Namun mendekati jam 12 malam, ia belum pulang juga. Anda semakin cemas, khawatir, dan marah, karena belum mendapat kabar darinya. Nah, jawaban ‘tidak lama, kok’ tadi adalah pesan yang ambigu, dan berakhir membuat Anda berdua mempunyai interpretasi yang berbeda.
FIX IT:Sebenarnya mudah saja kok, asal Anda tahu bagaimana mengatasi kondisi blurry language ini. Setiap kali si dia melontarkan kalimat yang membuat Anda bingung, jangan ragu untuk menanyakan dengan lebih spesifik. “Lama kelamaan, pasangan akan menyadari informasi seperti apa yang ingin Anda dengar darinya,” ujar Borton Goldsmith, PhD, pengarang dari Emotional Fitness for Intimacy. Semakin jelas message yang diterima pasangan, kesalahpahaman pun akan jauh berkurang.
Rule #2. Mind Reader
Satu lagi kesalahan fatal dalam hubungan: sering beranggapan kalau Anda mempunyai pemikiran yang sama dengan si dia. Apalagi kalau jalinan cinta sudah berjalan cukup lama dan Anda berdua sudah sangat mengenal karakter satu sama lain. Hmmm, pastinya Anda mulai berpikir, “We’re a couple, so we have the same thoughts.” Wake up, ladies! Tidak selamanya apa yang Anda pikirkan, sama seperti yang ia pikirkan! Seperti Ajeng, 25 tahun dengan kekasihnya Ben, 27 tahun. Ia menjadi sangat sensitif ketika Ben menyuruhnya pergi ke gym seusai bekerja. Walau Ajeng sadar kalau beberapa minggu terakhir pola makannya sangat berantakan, tetap saja hal itu membuatnya sangat geram. Seketika sederet pemikiran negatif pun bermunculan di benaknya; “Does he think I’m fat?Apakah Ben tidak mau diganggu, makanya saya diminta melakukan aktivitas lain?” Tapi apa yang terjadi sebenarnya? Ben hanya ingin Ajeng mencoba alat terbaru di gym tersebut. Oops.
FIX IT:Pria memang makhluk yang sukar ditebak. Dan ingat, Anda bukan seorang mind-reader, jadi jangan bersikap seperti mind-reader! Tak ada salahnya sebelum Anda ‘menyembur’ dengan amarah, jauhkan dulu semua pemikiran negatif di kepala. Tarik napas dalam-dalam, kemudian cobalah untuk bertanya dengan manis, “Kenapa aku harus ke gym?” Percaya deh, satu pertanyaan simpel bisa menyelamatkan Anda dari berargumen berhari-hari.
Rule #3 Body Movement
Kami setuju kalau gerak tubuh, kontak mata, dan ekspresi wajah menjadi tiga faktor penitng dalam proses komunikasi. Apalagi perbincangan antar kekasih! Tapi hati-hati dengan mixed message yang kerap terjadi antara perkataan dan body language. Alih-alih ingin membantu si dia, Anda malah mendapat omelan akibat gesture yang salah. “Meski suara Anda tidak keras, tapi kalau tangan Anda menopang di pinggul sambil berbicara, ia tentu akan menjadi defensif. Karena bahasa tubuh ini seolah berkata ‘you’re so in trouble!’,” ujar pakar body language, Janino Driver, pengarang buku You Say More Than You Think. Tapi lain halnya kalau Anda menyilangkan tangan dengan ekspresi wajah relaks. Ia akan mengartikan kalau Anda mau berdiskusi dengannya, dan ia pun akan lebih open untuk mendengar perkataan Anda.
FIX IT: Agar si dia tidak salah mengartikan komunikasi non-verbal, tak ada salahnya memerhatikan setiap gesture dan perkataan. Terlebih lagi kalau topiknya memang sensitif, seperti family drama atau masalah pekerjaan. Memegang tangannya sembari berbincang bisa membantu mencairkan suasana, lho. “Dengan memberikan sentuhan di bagian lengan atau lutut saat berbicara, si dia akan semakin merasa dekat dengan Anda,” terang Steven Stosny, PhD, salah satu penulis dari How to Improve Your Marriage Without Talking About It. Tidak terlalu sulit kan?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar